Free submitter ! Bookmark Indonesia
Tampilkan postingan dengan label Asuhan Keperawatan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Asuhan Keperawatan. Tampilkan semua postingan

Jumat, 20 Mei 2016

Asuhan Keperawatan Hepatitis Akut

Diposkan oleh Jamalis


ASUHAN KEPERAWATAN 
  1. Pengkajian
1.      Identitas Pasien
Nama pasien                        : Ny. Hm
Umur                                   : 27 Tahun
Jenis kelamin                        : Perempuan
Suku                                    : Aceh
Pekerjaan                            : Wiraswasta
Pendidikan                           : SD
Tanggal masuk                     : 05-6-2012
Tanggal pengkajian   : 10 s/d 11 – 6 – 2012
Alamat                                 : Tangse
Diagnosa medik                   : Hepatitis Akut
2.      Riwayat Penyakit
a.       Keluhan utama
Pasien mengeluh kelelahan, sesak nafas, mual-mual,  dan pusing.
b.      Riwayat penyakit sekarang pasien masuk ke ugd tanggal 08-6-2012, dengan keluhan kelelahan, sesak nafas, mual-mual dan pusing. Pasien dipasang infus dengan larutan Rl dengan kecepatan 20 tts/m, kemudian pasien dikirim ke rpdw pada tanggal 09-6-2012, untuk dirawat inap dan diberikan therapy.

c.       Riwayat penyakit yang lalu
Pasien mengatakan sebelumnya pasien tidak pernah mengalami penyakit seperti yang dideritanya  sekarang, tetapi pada tahun lalu pasien pernah mengalami sakit mag dan lambung, dan pasien Cuma berobat dipuskesmas terdekat saja.
d.      Riwayat penyakit keluarga
e.       Keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota kluarga pasien yang mengalami penyakit yang sama seperti diderita sekarang, dan keluarga juga mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang menderita penyakit keturunan maupun menular.
3.      pola kebiasaan sehari – hari (sebelum dan selama sakit)
a.       pola makan atau minum
-         sebelum sakit
pasien mengatakan pola makan terganggu dan tidak teratur, karena pasien sulit makan dan tidak ada nafsu makan, mual, muntah dan penurunan berat badan (BB).
-         Sebelum sakit
Pasien sudah ada perubahan, pola makannya sudah mulai teratur, mampu menghabiskan makanan 3-4 sendok makan
b.      Pola istirahat
-         Sebelum sakit
Pasien mengatakan tidak bisa tidur dalam sehari 8 jam, paling-paling pasein bisa tidur 5-6 jam dalam sehari – semalam, karena tidak efektifnya bernafas.
-         Selama sakit
-         Namun selama sakit pasien bisa tidur 6-7 jam dalam sehari –semalam, ditambah tidur siang 1 jam.
c.       Pola eliminasi
-      Sebelum sakit
Pasien mengatakan BAB dua kali sehari dan BAK 5-6 kali sehari berwarna gelap dan berbau tajam.
           -    Sebelum sakit
Pasien mengatakan BAB 3 kali sehari dengan konsistensi lunak, dan berbau khas, BAK 6-7 kali dalam sehari.
d.      Pola aktivitas
-    Sebelum sakit
Pasien mengatakan biasnya pergi kesawah untuk menanam padi dan membuat empeng atau kerupuk belinjau.
          -    Sebelum sakit
Pasien mengatakan tidak bisa pergi kesawah untuk menanam padi dan membuat empeng, seperti  biasanya dan segala kebutuhan pasien dibantu oleh keluarga dan untuk sementara pasien harus rawat inap dan di istirahatkan di ruang rpdw
4.      Data Psikologi
Pasien sangat berharap untuk dapat segera sembuh dengan penyakit yang dideritanya sehingga dapat pulang dan berukumpul dengan keluarga. Dan pasien juga banyak mendapatkan dukungan utama dari orang tua pasien.
5.      Data Sosial
pasien dapat berkomunikasi dengan baik dan lancar dengan keluarga pasien lain yang ada diruang dan mampu bekerja sama secara baik dengan tim kesehatan atau perawat yang menangani dia.
6.      Data Spritual
-         sebeum sakit
pasien mengatakan ibadahnya teratur 5 waktu dalam sehari semalam
-         sebelum sakit
pasien mengatakan tidak pernah shalat
7.      patofisiologi diagnosa medik
inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksit terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia.
-    Anamnesis                     : mual, anoregsia, urine, berwarna gelap
-    Lap                                : Alt dan Ast

8.      Pemeriksaan Fisik
a.       Keadaan umum              : Lemah, mata cekung, dan mual-mual
b.      Tingkat kesadaran          : Normal (Komposmetris)
c.       Tinggi badan                  : 160m
d.      Berat badan                   : Sebelum sakit (40kg), selama sakit (35kg)
e.       Denyut nadi                    : 60x/m (Lambat)
f.        Tekanan darah               : 90/60 mmhg (Menurun)
g.       Pernafasan                     : 22x/m (Meningkat)
h.       Temperatur                    : 35oc (Rendah)

Lain-lain (head to toe)
1.      Inspeksi
a.       Kepala                     : Tidak ada lesi, bentuk simetris
b.      Mata                        : Skelera kuning
c.       Kulit             : Kuning, keriput
d.      Mulut                       : Bibir pucat, mukosa mulut kering
e.       Wajah                      : Pucat, tidak ditemukan oedema
f.        Leher                       : Tidak ada gondok
g.       Abdomen                 : Bentuk simetris
2.      Palpasi                           : Nyeri tekan pada kuwadah kanan
3.      Perpusi                          : Refleks platela normal
4.      Auskultasi                      : Peristaltik usus tidak lambat

9.      Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Lab Billirubin
10.  Theraphy
IVFD          : dex                             5% - 20 tts/m
ij            : Cefotaxin                    19 ampul / 12 j
Ij            : Ranitidin                     1 ampul / 12 j
Ij            : Metodopramid            1 ampul / 12 j
              B. Complet       3x

  ANALISA DATA

  • No
    Data
    Etiologi
    Masalah
    1.
    DS  : Pasien mengeluh kelelahan,
             sesak, mual-mual dan pusing.
    DO : K/u lemah
    -         Skelera kuning
    -         Gerakan yang canggung yang lemah atau lambat
    Kelelahan dan penurunan proses kognirif
    Intoleransi aktivitas
    2.
    DS  : - Biasanya pasien mengeluh
                tidak ada nafsu makan
    -         Mual dan muntah
    DO  :  K/u lemah
    -      porsi yang di sediakan hanya setengah ( ½ ) yang dihabiskan
    -     BB menurun
    -     Mukosa mulut kering
    Anoregsia, mual-muntah
    Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
    3.
    DS  : - Biasanya pasien mengeluh
               nyeri
    -     gelisah
    -     pembengkakan hepar
    DO  : K/u lemah
    -     nyeri tekan
    -     pasien meringis nyeri
    Gangguan rasa nyaman, berhubungan dengan pembengkakan hepar
    Nyeri
Selengkapnya Silakan Download disni
Read More

Asuhan Keperawatan Diare Pada Anak - Anak

Diposkan oleh Jamalis
BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
      Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan yang optimal. Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan dan berkewajiban untuk ikut serta dapat memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan. Adapun latar belakang dari penulisan karya tulis ini adalah ingin mengetahui gambaran penerapan asuhan keperawatan mengenai penyakit diare pada anak.

B.   Tujuan Penulisan
1.    Tujuan Umum
Untuk mengetahui pelaksanaan asuhan keperawatan mengenai penyakit diare pada anak.

2.    Tujuan Khusus
Ø  Mampu melaksanakan pengkajian
Ø  Menggambarkan rencana keperawatan individu dengan penyakit diare
Ø  Menggambarkan diagnosa dan menentukan prioritas
Ø  Menggambarkan pelaksanaan tindakan keperawatan dengan penyakit diare
Ø  Menggambarkan evaluasi perawatan individu dengan penyakit diare pada anak



BAB II
PEMBAHASAN

A.   Tinjauan Medis
1.    Defenisi
            Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan / tanpa darah atau lendir dalam tinja. Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak yang berlangsungan kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat.
(Mansjoer Arif, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid 2)
            Diare adalah kehilangan cairan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih dengan konsistensi encer atau cair.
(Supriadi, 2001, Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi Pertama)
            Diare adalah sebagian buaang air besar tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Neonatus dikatakan diare bila frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali sedang untuk bayi >1 bulan dan bila frekuensi >8 kali.
(Asuhan Kesehatan Anak Dalam Keluarga, Pusat Penelitian Dan Tenaga Kesehatan RI, Jakarta, Hal 108)

2.    Etiologi
a.    Infeksi: virus (adenovirus), bakteri (shigella, salmonella), parasit (protozoa, cacing perut askaris)
b.    Malabsorbsi, karbohidrat, lemak dan protein
c.    Makanan, makanan besi, beracun, alergi makanan
d.    Imunodefisiensi
e.    Psikologis rasa takut dan cemas


3.    Pathofisiologi
            Sebanyak kurang lebih 9 – 10 liter cairan memasuki saluran cerna setiap harinya berasal dari luar (diet) dan dari dalam tubuh kita (sekresi cairan lambung empedu). Sebagian besar (75% - 80%) dari jumlah tersebut akan diresorbsi kembali di usus halus dan sisanya sebanyak 1500 ml akan memasuki usus besar. Sejumlah 90% dari usus besar akan diresorbsi sehingga tersisa sejumlah 150 – 250 ml cairan yang akan ikut membentuk tinja.
            Faktor yang menyebabkan diare sangat erat hubungannya satu sama lain, misalnya cairan intraluminal yang menyebabkan terangsangnya usus secara mekanis karena meningkatkan volume sehingga motilitas usus meningkat. Sebaliknya bila waktu henti makanan di usus terlalu cepat akan menyebabkan gangguan waktu pengolahan makanan, sehingga penyerapan elektrolit, air dan zat-zat lain terganggu.
(Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Hal 452)

Sebagai akibat diare baik akut maupun akan terjadi:
Ø  Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa
Ø  Gangguan gizi akibat kelaparan
Ø  Hypoglikemia
Ø  Gangguan sirkulasi darah

4.    Manifestasi Klinis
Ø  Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair dan encer
Ø  Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek, mata cekung dan membran mukosa kering
Ø  Demam
Ø  Kram abdominal
Ø  Anorexia
Ø  Lemah, pucat
Ø  Perubahan tanda-tanda vital
Ø  Menurun atau tidak ada pengeluaran urin
(Supriadi, 2001, Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi Pertama, Hal 86)

5.    Pengatasan
a.    Pemberian cairan
b.    Pemberian obat-obatan, seperti:
Ø  Oralit
Ø  Tetracyclin
Ø  Paracetamol
Ø  CTM
Ø  B Complek

6.    Gejala Dan Komplikasi Pada Penyakit Diare Pada Anak
Gejala:
Ø  Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, nafsu makan menurun, tinja cair mungkin mengandung darah dan lendir
Ø  Muntah-muntah dan nyeri perut
Ø  Demam

Komplikasi:
Ø  Dehidrasi
Ø  Hipoglikemia
Ø  Kejang
Ø  MEP (Malnutrisi Energi Protein)


7.    Cara Mengurangi Diare Pada Anak
Ø  Hentikan pemberian makanan
Ø  Berikan cairan yang sudah dimasak
Ø  Lanjutkan pemberian ASI apabila di anak masih dalam tahap menyusui
  


BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
      Dari pembahasan di halaman sebelumnya dapat disimpulkan bahwa penyakit diare tidak menyerang orang dewasa tetapi dapat juga menyerang anak-anak. Gejala pertama pada anak, anak mula-mula cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, nafsu makan menurun, tinja cair mungkin mengandung darah dan lendir. Berikan obat-obatan seperti oralit, paracetamol, CTM, B Complek dan Tetracyclin dan jangan lupa menjaga kebersihan rumah dan lingkungan.

B.   Saran
      Penulis mengharapkan seluruh masyarakat dapat memelihara, mempertahankan perilaku hidup sehat dan apabila anak sakit secepatnya dibawa ke Puskesmas atau pelayanan kesehatan.



DAFTAR PUSTAKA

Hasan, Rusepno Dr, Ilmu Kesehatan Anak 1Jakarta, Tahun 1985.
Mansjoer, Arif M, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III, Jilid I, Tahun 1999.
Mansjoer, Arif M, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III, Jilid II, Tahun 1999.
Read More

Asuhan Keperawatan Partus Prematur

Diposkan oleh Jamalis

ASKEP PARTUS PREMATUR



1. Definisi
            Partus prematurus, pada haid yang teratur, persalinan preterm dapat didefinisikan sebagai persalinan yang terjadi antara usia kehamilan 20-37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. (ACOG,1997).
            Menurut Wibowo (1997) yang mengutip pendapat dari Herron,dkk. Persalinan prematur adalah kontraksi uterus yang teratur setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum 37 minggu, dengan interval kontraksi 5 hingga 8 menit atau kurang dan disertai satu atau lebih tanda-tanda berikut : 
1. Perubahan serviks yang progresif.
2. Dilatasi serviks 2 cm atau lebih.
3. Penipisan serviks 80%
            Firmansyah (2006) mengatakan partus prematur adalah kelahiran bayi pada saat masa kehamilan kurang dari 259 hari dihitung dari hari terakhir haid ibu.
            Menurut Mochtar (1998) partus prematur adalah persalinan pada kehamilan 28 sampai 37 minggu, berat badan lahir 1000 sampai 2500 gram.
            Partus prematur adalah persalinan paa umur kehamilan kurang dari 37 mingggu atau berat badan lahir antara 500 sampai 2499 gram. (Sastrawinata, 2003).
            Sedangkan Manuaba (1998) partus prematur adalah persalinan yang terjadi dibawah umur kehamilan 37 minggu dengan perkiraan berat janin kurang dari 2500 gram.
Jadi, dapat diambil kesimpulan dari pernyataan diatas bahwa : Persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi pada usia kehamilan ibu 20 sampai 37 minggu dengan berat badan bayi kurrang dari 2500 gram


2. Etiologi


            Penyebab sekitar 50% kelahiran premature tidak diketahui. Namun, sepertiga persalinan premature terjadi setelah ketuban pecah dini (PROM). Komplikasi kehamilan lain, yang berhubungan dengan persalinan premature, meliputi kehamilan multi janin,hidramnion, serviks tidak kompeten, plasenta lepas secara premature dan infeksi tertentu (seperti, polinefritis dan korioamnionitis) (Andersen, Merkatz, 1990).
            Pada kebanyakan kasus, penyebab pasti partus prematurus tidak diketahui, namun menurut Rompas (2004) ada beberapa resiko yang dapat menyebabkan partus prematur, yaitu :
a. Faktor resiko mayor
            Kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus, serviks terbuka     lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat abortus pada             trimester II lebih dari satu kali, riwayat persalinan prematur sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan preterm,   riwayat operasi konisasi dan iritabilitas uterus.
b. Faktor resiko minor :
            Penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam setelah         kehamilan 12 minggu, riwayat pielonefitis, merokok lebih dari 10     batang perhari, riwayat abortus trimester II, riwayat abortus             pada trimester I lebih dari satu kali.
Menurut Manuaba (1998), faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya persalinan preterm (prematur) atau berat badan lahir rendah adalah :
1. Faktor ibu :
    -       Gizi saat hamil yang kurang
    -       Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun
    -       Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
    -       Penyakit menahun ibu: hipertensi, jantung, gangguan pembuluh      darah (perokok)
    -       Faktor pekerja yang terlalu berat




2. Faktor kehamilan :
    -       Hamil dengan hidramnion
    -       Hamil ganda
    -        Perdarahan antepartum
    -       Komplikasi hamil: pre-eklamsia/eklamsia, ketuabn pecah dini.
3. Faktor janin:
    -       Cacat bawaan
    -       Infeksi dlam rahim.

3. Tanda dan Gejala 
            1. Sakit kram seperti menstruasi dapat membingungkan dengan                       sakit lingkar ligamen.
            2. Sait punggung, berbeda dengan yang dalami oleh wanita                             hamil.

            3. Tekanan atau sakit suprapubik, dapat membingungkan                     dengan infeksi saluran kencing.
            4. Sensasi tekanan atau berat pelviks.
            5. Perubahan karakter jmlah muatan vaginal (lebih tebal, lebih                          tipis, berair, berdarah, coklat, atau tak berwarna).
            6. Diarrhea
            7. Kontraksi uterus yang tidak normal (sakit atau tidak) terasa                         lebih sering dari pada setiap 10 menit untuk 1 jam atau lebih                   dan tidak sembuh dengan berbaring.
            8. Pecah membran prematur
Tanda dan gejala kelainan preterm harus termasuk sebagia rutin pendidikan wanita sekitar 20-24 minggu kehamilan.


4. Patofisiologi
            Enzim sitokinin dan prostaglandin, ruptur membran, ketuban pecah, aliran darah ke plasenta yang berkurang mengakibatkan nyeri dan intoleransi aktifitas yang menimbulkan kontraksi uterus, sehingga menyebabkan persalinan prematur.

            Akibat dari persalinan prematur berdampak pada janin dan pada ibu.
             Pada janin, menyebabkan kelahira yang belum pada waktunya sehingga terjailah imaturitas jaringan pada janin. Salah satu dampaknya terjdilah maturitas paru yang menyebabkan resiko cidera pada janin.
             Sedangkan pada ibu, resiko tinggi pada kesehatan yang menyebabkan ansietas dan kurangnya informasi tentang kehamilan mengakibatkan kurangnya pengetahuan untuk merawat dan menjaga kesehatan saat kehamilan.


                                    ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
A. Sirkulasi
Hipertensi, Edema patologis (tanda hipertensi karena kehamilan (HKK)), penyakit sebelumnya.
B. Intregitas Ego
Adanya ansietas sedang.
C. Makanan / cairan
Ketidakadekuatan atau penambahan berat badan berlebihan.
D. Nyeri / Katidaknyamanan
Kontraksi intermiten sampai regular yang jaraknya kurang dari 10 menit selama paling sedikit 30 detik dalam 30-60 menit.
E. Pernafasan
Mungkin perokok berat (7-10 rokok perhari)
F. Keamanan
Infeksi mungkin ada (misalnya infeksi saluran kemih (ISK) dan atau infeksi vagina)
G. Seksualitas
 Tulang servikal dilatasi©
 Perdarahan mungkin terlihat©
 Membran mungkin ruptur (KPD)©
 Perdarahan trimester ketiga©
 Riwayat aborsi, persalinan prematur, riwayat biopsi konus©
 Uterus mungkin distensi berlebihan, karena hidramnion, makrosomia atau getasi multiple.©
H. Interaksi sosial
Mungkin tergolong pada kelas sosial yang rendah.
I. Pemeriksaan diagnostik
 Ultrasonografi : Pengkajian getasi (dengan berat badan janin 500 sampai 2500 gram)©
 Tes nitrazin : menentukan KPD©
© Jumlah sel darah putih : Jika mengalami peningkatan, maka itu menandakan adanya infeksi amniosentesis yaitu radio lesitin terhadap sfingomielin (L/S) mendeteksi fofatidigliserol (PG) untuk maturitas paru janin, atau infeksi amniotik.
 Pemantauan elektronik : memfalidasi aktifitas uterus / status janin.©

3.2 Diagnosa
1. Aktifitas inoleran berhubungan dengan hipersensitivitas otot / seluler.
2. Keracunan, resiko tinggi. Faktor resiko dapat meliputi toksik yang berhubungan dengan dosis / efek samping tokolitik.
3. Cedera resiko tinggi terhadap janin, berhubungan dengan resiko melahirkan bayi preterm.
4. Ansietas, ketakutan berhubungan dengan krisis situasional, ancaman yng dirasakan atau aktual pada diri dan janin.
5. Kurang pengetahuan mengenai persalinan preterm, kebutuhan tindakan dan prognosis berhubungan dengan kesalahan interpretasi atau kurang informasi.
6. Nyeri akut atau ketidaknyamanan berhubungan dengan kontraksi otot dan efek obat-obatan. 


3.3 Intervensi
1. Diagnosa : Aktifitas inoleran berhubungan dengan hipersensitivitas otot / seluler.
Tujuan :
Menurunkan tingkat aktifitas.
Intervensi Rasional
Jelaskan alasan perlunya tirah baring, penggunaan posisi rekumben kiri/miring dan penurunan aktifitas. Tindakan ini ditujukan untuk mempertahankan janin jauh dari serviks dan meningkatkan perfusi uterus, tirah baring dapat menurunkan peka rangsang uterus.
Berikan tindakan kenyamanan seperti gosokan punggung, perubahan posisi, atau penurunan stimulus dalam ruangan (misalnya lampu redup) Menurunkan tegangan otot dan kelelahan serta meningkatkan rasa nyaman.
Kelompokkan aktivitas sebanyak mungkin, seperti pemberian obat tanda vital dan pengkajian. Meningkatkan kesempatan klien untuk beristirahat lebih lama diantara interupsi untuk tindakan berikutnya.
Berikan periode tanpa interupsi untuk istirahat/tidur. Meningkatkan istirahat, mencegah kelelahan, dan dapat meningkatkan relaksasi.
Berikan aktivitas pengalihan, seperti membaca, mendengarkan rasio dan menonton televisi atau kunjungan dengan teman yang dipilih atau keluarga. Membantu klien dalam koping dengan penurunan aktifitas .


2. Diagnosa : Keracunan, resiko tinggi. Faktor resiko dapat meliputi toksik yang berhubungan dengan dosis / efek samping tokolitik
Tujuan :
Mencegah atau meminimalkan cedera materal
 Mandiri©
Intervensi Rasional
Tempatkan klien pada posisi lateral, tinggikan kepala selama pemberian infus obat IV Menurunkan iribilitas uterin, meningkatkan perfusi plasenta dan mencegah hipotensi supine.
Pantau tanda vital, auskultasi paru, perhatikan iregularitas jantung dan laporkan dispnea / sesak dada. Komplikasi, seperti edema pulmoner, disritmia jantung / takikardia, agitasi , dispnea, nyeri dada dan peningkatan pada volume plasma mungkin terjadi pada pemberian agnosis reseptor beta (ritrodin, isoxuprin) dan terbutalin sulfat, yang merangsang reseptor beta2 (khususnya pada penggunaan steroid bersama).
Tibang klien setiap hari Memeriksa potensial perubahan fungsi perkemihan / retensi cairan.
Pantau adanya mengantuk, kemerahan karena panas, depresi pernafasan dan depresi refleks tendon dalam dengan tepat. Tanda depresi neuromuskular, menandakan meningkatkan kadar MgSO4 serum.
Sediakan antidot (Kalsium glukonat untuk MgSO4 propanol untuk ritrodin atau terbulatin sulfat). Pemberian antidot mungkin perlu untuk membalik atau mengatasi efek agen tokoitik. 


 Kolaborasi©
Intervensi Rasional
Bantu sesuai kebutuhan dengan pemeriksaan vagina steril Untuk mengkaji status servikal. Pemerikasaan vaginal dipertahankan minimum, karena hal ini dapat menambah kepekaan uterus. Keamanan tokolitik bila serviks berdilatasi lebih dari 4 cm atau menonjol 80% tidak di dokumentasikan dan secara umum di kontraindikasikan.
Berika larutan IV atau lobus cairan sesuai indikasi. Hidrasi dapatmenurunkan aktifitas uterus. Sebelum mulai terapi obat, hidrasi meningkatkan klirens ginjal dan meminamalkan hipotensi.
Berikan nifedipine (procardia) di telan dan dikunyah dengan makan dan minum. Nifedipine dapat diganti dengan terbutalin sulfat. Nifedipin, penyekat saluran kalsium, digunakan secara percobaan bila obat lain gagal untuk menekan aktifitas uterus.
Pasang kaos kaki antiembolik dan berikan latihan rentang gerka pasif pada kaki setiap 1-2jam. Mencegah pengumpulan darah pada ekstremitas bawah, yang dapat terjadi karena relaksasi otot halus. 
Pasang kateter indwellng sesuai indikasi. Haluaran urin harus dipantaudan dipertahankan bila memberikan MgSO4. Haluaran harus pada sedikitknya 30 ml/jam atau 100 ml pada periode 4 jam.
Atur untuk memindahkan klien ke fasilitas resiko tinggi atau pusat perawatan tarsier, bila aktifitas uterus menetap bersamaan dengan pemberian tokolitik. Membantu menjamin ketersediaan perawatan intensif yang tepat, yang mungkin diperlukan oleh bayi baru lahir bersamaan dengan kelahiran preterm.
3. Diagnosa : Cedera resiko tinggi terhadap janin, berhubungan dengan resiko melahirkan bayi preterm.
Tujuan :
Mempertahankan kehamilan sedikitnya sampai kondisi yang menunjukkan matutitas bayi.
Intervensi Rasional
Kaji kondisi ibu yang di kontraindikasikan terhadap terapi steroid untuk memudahkan maturitas paru janin. Pada HKK dan korioamnionitis, terapi steroid dapat memperberat hipertensi dan menutupi tanda infeksi. Steroid dapat meningkatkan glukosa darah pada pasien dengan diabetes. Obat tidak akan efektif bila tidak mampu menunda kelahiran sedikitnya 48 jam.
Kaji DJJ ; perhatikan adanya aktifitas uterus atau perubahan sevikal. Siapkan terhadap kemungkinan kelahiran preterm. Tokolitik dapat meningkatkan DJJ. Kelahiran dapat sangat cepat pada bayi kecil bila kontraksi uterus menetap tidak responsif pada tokolitik, atau bila perubahan servikal berlanjut.
Tekankan pentingnya perawatan tindak lanjut Jika janin tidak dilahirkan dalam 7 hari dari pemberian ateroid, dosis harus diulang setiap minggu.
Berikan terapi tokolitik sesuai pesanan Membantu menurunkan aktifitas smiometrial untuk mencegah / menunda kelahiran dini.


4. Diagnosa : Ansietas, ketakutan berhubungan dengan krisis situasional, ancaman yng dirasakan atau aktual pada diri dan janin.
Tujuan :
Mengungkapkan pemahaman situasi individu dan kamungkinan hasil akhir.
Intervensi Rasional
Orientasikan klien dan pasangan pada lingkungan persalinan. Membantu klien dan orang terdekat merasa mudah dan lebih nyaman pada sekitar mereka
Anjurkan penggunaan teknik relaksasi Memungkinkan klien mendapatka keuntungan maksimum dari periode istirrahat, mencegah kelelahan otot dan memperbaiki aliran darah uterus.
Anjurkan pengungkapan rasa rasa takuk dan masalah. Dapat membantu menurunkan ansietas dan merangsang identifikasi perilaku koping.
Berikan sedatif bila tindakan lain tidak berhasil Memberikan efek menenangkan dan traquiliser.

5. Diagnosa : Kurang pengetahuan mengenai persalinan preterm, kebutuhan tindakan dan prognosis berhubungan dengan kesalahan interpretasi atau kurang informasi.
Tujuan :
Mengungkapkan kesadaran tentang implikasi dan kemungkinan hasil persalinan preterm.
 Mandiri©
Intervensi Rasional
Pastikan pengetahuan klien tentang persalinan preterm dan kemungkinan hasil Membuat data dasar dan mengidentifikasi kebutuhan
Berikan informasi tentang perawatan tindak lanjut bila klien pulang Klien mungkin perlu kembali untuk keteraturan pemantauan adan atau tindakan
Anjurkan klien mengosongkan kandung kemih setipa 2 jam saat terjaga. Mencegah tekanan kandung kemih penuh pada uterus yang peka.
Tinjau ulang kebutuhan cairan setiap hari, misalnya 2 sampai 3 quart (1,9 – 2,81) cairan dan menghindari kafein. Dehidrasi dap[at menimbulkan peningkatan kepekaan otot uterus.

© Kolaborasi
Intervensi Rasional
Tekankan untuk menghindari obat yang dijual bebas sementara agen tokolitik diberikan kecuali dengan izin dokter. Penggunaan bersamaan dengan obat yang dijual bebas dapat menyebabkan efek mengganggu, khususnya bila obat yang dijual bebas mempunyai efek samping serupa dengan agen tokolitik (misalnya, antihistamin atau inhaler dengan efek bronkodilatasi seperti spinefrin).

Berikan informasi tentang menggunkan tokolitik oral bersama makanan. Makanan memperbaiki toleransi terhadap obat dan penurunan efek samping

6. Diagnosa : Nyeri akut atau ketidaknyamanan berhubungan dengan kontraksi otot dan efek obat-obatan. 
Tujuan :
Melaporkan ketidaknyamanan menjadi minimal dan terkontrol.
Intervensi Rasional
Percepat proses penerimaan dan lakukan tirah baring pada klien, dngan menggunakan posisi miring kekiri. Posisi miring kekiri memperbaiki aliran darah uterus dan dapt menurunkan kepekaan uterus.
Tinjau ulang teknik relaksasi Membantu menurunkan persepsi klien tentang ketidaknyamanan dan meningkatkan rasa kontrol.
Berikan analgesik sesuai indikasi Analgesik ringan menurunkan tegangan dan ketidaknyamanan otot.

3.4 Evaluasi
Klien akan menunjukkan kepatuhan terhadap batasan aktifitas yang diprogramkan, jadwal pengobatan atau keduanya. Klien tidak akan mengalami komplikasi akibat penatalaksanaan obat yang diprogramkan. Klien akan meneruskan persalinan sampai cukup bulan atau mendekati aterm. Klien akan melahirkan bayi yang sehat dan matur. 
Read More